Firli: NU adalah Garda Pemberantasan Korupsi di Indonesia
MATAKOTA, Bandung – Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri menegaskan, Nahdlatul Ulama (NU) merupakan salah salah organisasi keagamaan yang menjadi garda terdepan dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Ia bilang, tak hanya pemberantasan korupsi, NU juga selalu berdiri paling depan dalam menghadapi berbagai persoalan bangsa.
Demikian disampaikan Firli terkait peringatan hari lahir (Harlah) ke-96 NU yang jatuh pada hari ini, Senin 31 Januari 2022.
“NU senantiasa hadir dan berdiri paling depan dalam menghadapi hingga mengatasi ragam persoalan bangsa, seperti persoalan korupsi yang telah berurat akar di republik ini,” kata Firli, dalam keterangan tertulis kepada redaksi.
Menurutnya, tema Harlah NU tahun ini “Kemandirian dalam Berkhidmat untuk Peradaban Dunia”, sangat tepat. Hal ini mengingat NU sebagai organisasi sosial keagamaan terbesar di jagad raya memiliki peran yang sangat signifikan dalam membentuk peradaban umat manusia dan alam semesta.
“Di Indonesia sendiri, NU memiliki basis dukungan sosial terbesar di Tanah Air dan merupakan salah satu komponen bangsa yang ikut membidani, merawat sekaligus membesarkan republik yang kita cintai ini,” ucap Firli.
Dikatakannya, sejak berdiri hingga saat ini, NU selalu menjaga perjalanan bangsa dan negara serta kemaslahatan umat di Indonesia. Menurut Firli, masih sedikit organisasi sosial keagamaan seperti NU yang memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan Indonesia bergerak sesuai dengan arah dan tujuan bangsa, seperti termaktub dalam mukadimah UUD 1945.
Ia menambahkan, salah satu wujud nyata dan peran aktif NU dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia, dapat dilihat dari pendidikan antikorupsi dalam perspektif Islam yang ditanamkan sejak dini kepada warga nahdliyin di sekolah, pesantren hingga bangku kuliah.
“Seiring berjalannya waktu, semakin banyak organisasi sosial lintas agama lainnya yang mengikuti jejak NU, memasukkan benih-benih antikorupsi dalam kurikulum pendidikan sekolah,” ujarnya.
“Karenas sejatinya korupsi adalah musuh agama dan seluruh aliran kepercayaan di republik ini,” imbuh Firli.
Diutarakan, tidak ada satu pun agama atau aliran kepercayaan yang mengajarkan apalagi memperbolehkan penganutnya melakukan korupsi.
“Untuk itu, seluruh pihak seharusnya sepakat menyatakan siapa pun yang melakukan tindak pidana korupsi adalah perusak agama dan pengkhianat nilai-nilai ketuhanan,” cetusnya.
“Tegas saya nyatakan bahwa para pelaku tindak pidana korupsi adalah pembunuh agama yang dianutnya sendiri,” tambah Firli.
Menurutnya, nilai-nilai dan roh antikorupsi juga selalu disemai para ulama dan kiai NU dalam setiap kegiatan keagamaan, seperti pengajian, khutbah atau kultum atau kuliah tujuh menit yang teduh.
Dengan demikian, lanjut Firli, benih-benih antikorupsi senantiasa tumbuh sejalan dengan berkembangnya alam demokrasi di Bumi Pertiwi.
“Pendidikan inilah yang membentuk karakter kuat seorang nahdliyin sebagai pribadi yang bermoral tinggi, berbudi pekerti luhur, jujur, sederhana dan menjunjung tinggi integritas sebagai makhluk ciptaan-Nya sehingga mereka senantiasa menerapkan nilai-nilai agama, budaya dan ketuhanan dalam bingkai kebinekaan dalam kesehariannya,” katanya.
Firli pun mengaku bersyukur banyak insan KPK yang memiliki karakter nahdliyin. Ia bilang, karakter nahdliyin selalu menggelorakan semangat pengabdian tanpa batas para punggawa antikorupsi yang menjadi insan KPK.
“Sehingga kami memandang tugas dan kewajiban yang penuh risiko dalam memberantas korupsi di Bumi Pertiwi, sebagai ladang ibadah untuk bekal di akhirat kelak,” ucap Firli.
“Saya garisbawahi, tugas dan kewajiban penuh risiko ini tidak sedikit pun menjadi beban, apalagi mengendurkan semangat juang memberantas korupsi. Karena segenap insan KPK telah mewakafkan diri dan keluarga dalam perang badar melawan korupsi di republik ini,” tambahnya.
Pada kesempatan ini, Firli juga bersyukur semangat nahdliyin semakin mengental di dalam diri insan KPK dalam setiap kerja keras, kerja cerdas serta kerja ikhlas penuh pahala dalam upaya memberantas korupsi di Indonesia.
Firli mengatakan, setiap insan KPK dan elemen bangsa yang ikut andil dalam perang badar melawan korupsi di Indonesia, sejatinya adalah seorang nahdliyin alami.
“NU tidak pernah berdiam diri dan membiarkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan pengelolaan negara seperti korupsi. Apalagi dampak destruktif korupsi bukan hanya merugikan keuangan negara, namun dapat menghancurkan suatu bangsa karena korupsi merupakan bentuk pengkhianatan terhadap khittah kenegaraan,” katanya.
Firli menegaskan, peran nyata dan andil besar NU, sangat dibutuhkan untuk menjaga khittah kenegaraan yang sejatinya adalah manifestasi cita-cita berdirinya republik ini.
“Cita-cita itu, yakni menyejahterakan segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, mulai Miangas hingga Pulau Rote,” sebutnya.
“Kami ucapkan selamat memperingati Harlah ke-96 NU, terimakasih atas khidmat NU dalam menyebarkan Aswaja dan meneguhkan komitmen kebangsaan, dengan semangat antikorupsi. Mari bersama kita hadirkan kejayaan umat, bangsa, rakyat dan negara, dalam bingkai NKRI,” pungkas Firli. *****
Polisi Dalami Kasus Cashback Dana BUMN
MATAKOTA || Jakarta, — Ditunda hingga minggu depan, pemeriksaan bekas Ketua Umum PW…