Berjalan Kondusif, Umat Hindu di Bandung Peringati Hari Raya Nyepi
MATAKOTA, Bandung – Hari Raya Nyepi dan Tahun Baru Saka 1444 di Kota Bandung berlangsung aman dan kondusif. Nampak, pemeluk agama Hindu menjalankan ibadah dalam rangkaian Hari Raya Nyepi dengan khusyuk.
Sebelumnya, pada Selasa 2 Maret, Pura Vira Chandra Dharma di Secapa AD Hegarmanah Kota Bandung menggelar upacara Pengerupukan.
Upacara ini dikenal sebagai upacara untuk mengusir para Bhuta Kala dari pekarangan rumah dan lingkungan sekitar.
Di Pura Vira Chandra Dharma, upacara ini diselenggarakan mulai pukul 17.30 hingga pukul 19.30 WIB. Ada sekitar 50 Umat Hindu yang mengikuti upacara dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Mangku Gede di Pura Vira Chandra Dharma, Agung Djanardhana menjelaskan, jika mengacu kepada mantra suci Hindu Weda, esensi Pengerupukan itu ialah awal kehidupan yang disebut tidak ada apa-apa, hanya kegelapan.
“Proses unik di hari raya nyepi diawali dengan kegelapan. Ini yang diimplementasikan oleh Umat Hindu dengan melakukan catur brata penyepian,” ucapnya.
Agung mengatakan, selama menyepi, umat Hindu melakukan introspeksi sejenak dengan tidak melibatkan interaksi fisik di luar dengan dirinya sendiri. Introspeksi diri untuk tumbuh menjadi lebih baik lagi di kemudian hari.
“Tenangkan diri, sehari dalam setahun. Artinya kita tidak bepergian dan kita mengendapkan euforia kebahagiaan dalam sehari,” tuturnya.
Ia juga menyebut perayaan Nyepi dan Tahun Baru saka di Kota Bandung selalu berjalan kondusif dari tahun ke tahun.
Kendati tak bisa disamakan dengan perayaan Nyepi di Bali, namun Agung menyebut Umat Hindu di Bandung merayakan Nyepi dan Tahun Baru Saka dengan aksiologi yang disesuaikan dengan ruang waktu dan kondisi.
“Tidak hanya karena COVID-19, tetapi karena kondisi di Bandung dengan di Bali berbeda, maka kami biasa melaksanakan dengan menyesuaikan kepada ruang, waktu dan kondisinya,” beber Agung.
Menurutnya, Hari Raya Nyepi dan Tahun Baru Saka 1444 yang berlangsung di tahun 2022 Masehi ini memiliki esensi yang sejalan dengan kondisi dunia saat ini.
“Esensi Hari Raya Nyepi ialah menetralisir energi negatif, dan ini sangat kena dengan kondisi sekarang,” katanya.
Salah satu doa yang disampaikan adalah semua hal-hal negatif bisa hilang. Hal ini berkenaan dengan kondisi pandemi COVID-19 yang tergolong sebagai energi negatif berupa wabah penyakit.
“Dalam pemahaman Hindu Bali (yang dikaitkan dengan kondisi pandemi), setelah dinetralisir energi negatif, kita bisa segera masuk ke dalam fase new normal,” sebutnya.
Sebagai penutup, Agung berpesan khususnya dalam menyudahi pandemi COVID-19 adalah aksi saling menjaga yang dilakukan berdampingan dengan memohon doa. Aksi saling menjaga ini salah satunya dengan menerapkan protokol kesehatan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
“Kita secara aktif juga harus mengusahakannya. Misalnya dengan cara prokes dan vaksin. Sehingga apa yang kita harapkan ini tidak sebatas menjadi doa saja, tetapi juga terwujud menjadi new normal dan kita bisa melanjutkan perjalanan kita,” ucapnya. ****
Peneliti Komunikasi Lingkungan Unpad Diundang Komisi C Bahas Persoalan Sampah dan Air
MATAKOTA|| BANDUNG, — Komisi C DPRD Kota Bandung mengundang Peneliti Pusat Studi Kom…