Soal Undang 20 Parpol Ikut Program Politik Cerdas Berintegritas, ini Kata Ketua KPK
MATAKOTA, Jakarta – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengadakan kegiatan pencegahan korupsi Politik Cerdas Berintegritas yang diikuti oleh perwakilan dari 20 partai politik.
Ketua KPK Firli Bahuri pun mengungkapkan alasan diadakannya program Politik Cerdas Berintegritas tersebut.
Firli mengatakan pentingnya membangun suasana politik yang cerdas dan berintegritas. Dia menegaskan kedua hal itu saling berkaitan satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan.
Menurutnya, kecerdasan saja tidak cukup. Ia bilang, seseorang bisa saja memanfaatkan kecerdasan yang dimiliki untuk melakukan praktik korupsi.
“Bahkan kecerdasannya pun digunakan untuk mengakali perencanaan, pengesahan undang-undang, termasuk juga pelaksanaannya. Itu bahaya, karena itu KPK membangun acara Politik Cerdas dan Integritas,” katanya, saat konferensi pers di gedung Juang KPK, Jakarta, Rabu (18/5/2022).
Diutarakan Firli, korupsi disebabkan oleh banyak hal mulai dari keserakahan, kesempatan, hingga kekuasaan. Untuk itu, ia menilai solusi yang hendak diterapkan harus lebih kompleks untuk bisa menghadapi faktor-faktor tersebut.
Firli menuturkan, saat ini KPK tengah membangun kesadaran kepada semua pihak agar tidak ingin melakukan korupsi. Pendidikan digencarkan oleh pihaknya, sehingga semua kalangan sadar korupsi menyengsarakan serta mengurangi hak-hak rakyat.
“Saya ingin katakan dengan rekan-rekan semua bahwa upaya pendidikan itu fundamental, mendasar. Upaya pencegahan sangat penting supaya tidak ada celah peluang terjadi korupsi. Tapi KPK tetap berkomitmen untuk melakukan tindakan,” tegas Firli.
Sebagai informasi, KPK mengundang petinggi dari 20 partai politik (parpol) di Indonesia untuk hadir dalam program Politik Cerdas Berintegritas. KPK menilai parpol merupakan satu-satunya instrumen yang berperan penting dalam menghasilkan para pemimpin nasional dan daerah, serta para wakil rakyat yang berkualitas dan berintegritas. ****
CASHBACK
Penulis adalah Anggota Biasa PWI sejak 1989 – sekarang. Oleh : Mirza Zulhadi MATAKOTA, …