Home Berita Longsor TPA Leuwigajah Tewaskan 157 Orang, Oded Ajak Warga Bandung Bijak Tangani Sampah
Berita - 2021-02-22

Longsor TPA Leuwigajah Tewaskan 157 Orang, Oded Ajak Warga Bandung Bijak Tangani Sampah

Bandung, matakota.com — Dua puluh satu tahun lalu, tepatnya hari Senin, 21 Februari 2005 sekitar pukul 02.00 WIB, tiba-tiba terdengar ledakan keras di kawasan Leuwigajah Kota Cimahi. Ledakan keras itu diikuti menyertai longsor sampah yang ada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah.

Longsoran sampah langsung menyapu dua permukiman, yakni Kampung Cilimus dan Kampung Pojok. Dua permukiman yang jaraknya sekitar satu kilometer dari TPA Leuwigajah, seketika luluh lantak tertimbun sampah. 157 jiwa meregang nyawa.

Kuat dugaan, gunungan sampah sepanjang 200 meter dan setinggi 60 meter itu goyah karena diguyur hujan deras semalam suntuk. Diduga pula, ledakan terpicu oleh konsentrasi gas metan dari dalam tumpukan sampah.

Menyedihkan, setelah peristiwa itu, daerah di kawasan Bandung Raya praktis tidak lagi memiliki TPA. Salah satu yang paling terdampak dengan tidak adanya TPA di kawasan Bandung Raya, adalah Kota Bandung yang saat itu merupakan daerah dengan jumlah terbesar membuang ke TPA Leuwigajah.

Akibatnya, sampah hanya menumpuk di Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Beberapa hari kemudian, TPS tak lagi mampu menampung sampah.

Dalam hitungan hari, hampir seluruh penjuru Kota Bandung dipenuhi sampah. Kota Bandung terlihat kotor dan jorok. Bau menyengat membuat warga terpaksa lebih sering menutup hidung.

Hingga akhirnya muncul julukan yang teramat pahit, “Bandung Lautan Sampah”.

Dus, nama besar Parijs van Java pun langsung tercoreng. Kota Bandung yang dahulu dikenal sebagai kota yang asri, bersih, dan indah, bak lenyap dari ingatan.

Peristiwa kelam itu akhirnya mulai berangsur normal saat pemerintah membuka TPA Sarimukti. Sampah-sampah akhirnya bisa diangkut ke TPA Sarimukti.

Namun wajib diingat, Kota Bandung tetap tak memiliki TPA. Bahkan TPA Sarimukti hanya sementara. Hingga saat ini, rencana penutupan TPA Sarimukti pun masih bergulir.

Hal ini juga yang selalu diwanti-wanti oleh Wali Kota Bandung, Oded M. Danial. Ia sangat konsen terhadap masalah sampah. Orang nomor satu di Kota Bandung ini tak ingin peristiwa TPA Leuwigajah kembali terjadi.

Untuk itu, sejak memimpin Kota Bandung, Oded mulai menggulirkan sejumlah program penanganan sampah. Salah satunya yaitu program Kurangi, Pisahkan, dan Manfaatkan sampah (Kang Pisman).

Bagi Oded, Kang Pisman tak hanya sekedar cara menangani sampah, tetapi juga bagian dari mengubah peradaban.

“Warga Kota Bandung harus bisa mengelola sampahnya sendiri. Orang yang beradab adalah orang yang bisa menjaga lingkungannya dengan baik,” ucapnya.

Jika tak ingin peristiwa itu terulang, Oded berharap, warga Kota Bandung bisa mengubah pola tindakannya terhadap sampah.

Jika dahulu dikumpulkan lalu dibuang, warga Kota Bandung harus bisa mengumpulkan, memisahkan, dan memanfaatkan sampah. Sehingga bisa menekan sampah yang terbuang ke TPA.

“Bukan hanya berkaitan dengan sisi lingkungan, Kang Pisman juga bisa memberdayakan masyarakat. Melalui sampah, perekonomian warga bisa menjadi lebih baik. Yaitu dengan mengolah sampah menjadi sesuatu yang benilai ekonomis,” ujar Oded.

Kini sudah saatnya warga Kota Bandung terus bergerak mengelola sampahnya dengan bijak. Sampah dikelola sejak dari sumbernya. Jika tidak, bukan mustahil peristiwan 16 tahun yang lalu kembali terjadi. (DRY)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also

Aswad : Skywalk Cihampelas Tempat Wisata Yang Banyak Tantanganya

MATAKOTA || Bandung — Teras Cihampelas atau Skywalk Cihampelas merupakan destinasi w…