Total Sampah Organik dan Non Organik di Jawa Barat Capai 35 Ribu Ton Per Hari
MATAKOTA, Bandung – Total sampah organik dan non organik yang dihasilkan di wilayah Jawa Barat sebanyak 35 ribu ton setiap hari. Perlu pendekatan teknologi untuk mengatasi atau mengelola sampah tersebut.
Salah satu upaya yang dilakukan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil adalah berkolaborasi dengan platform digital Octopus sebagai mitra dalam pengelolaan sampah, terutama sampah botol plastik.
Kolaborasi tersebut diharapkan dapat menyempurnakan ekonomi sirkular di Jabar sekaligus membiasakan masyarakat untuk memilah dan mengolah sampah.
“Yang bikin saya terharu, ini bisa menyejahterakan pelestari lingkungan sampai ada tadi yang pendapatannya mencapai Rp6 sampai Rp10 juta,” ujarnya, Rabu (5/5/2021).
Ekonomi sirkular lebih dari sekadar pengelolaan sampah karena mencakup keseluruhan proses produksi, distribusi, dan konsumsi dari hulu hingga hilir rantai pasok. Banyak pihak yang akan terlibat dalam ekonomi sirkular.
Diungkap Emil, kolaborasi dengan Octopus, menjadi langkah awal untuk menyempurnakan pengelolaan sampah berbasis digital di Jabar.
Octopus sendiri memiliki teknologi canggih berupa aplikasi, di mana sampah bisa kembali menjadi barang berguna secara 100 persen dan teknologi canggihnya sudah ada di Padalarang, Bandung Barat.
Aplikasi Octopus sudah dapat didowload. Nanti, masyrakat dapat menyetor sampah ke pelestari lingkungan untuk didaur ulang oleh PT Namasindo Plas.
“Tahun 2022 menjadi tahun kebangkitan pelestari lingkungan yang luar biasa. Saya ucapkan terima kasih. Di sini ada Hamish Daud selaku Co-Founder Octopus. Karena ini kerja kolaborasi sehingga membantu existing system yang sudah lumayan bagus gerakannya menjadi lebih sempurna,” ujarnya.
Pengelolaan sampah berbasis aplikasi digital ini diharapkan bisa diterapkan juga di 27 Kabupaten/Kota se-Jabar.
“Saya menitipkan karena ini baru di Bandung, kepada kepala dinas dalam waktu enam bulan bisa sempurna di seluruh daerah se-Jabar,” katanya.
Sementara itu, Hamish Daud selaku founder Octopus menuturkan, melalui aplikasi ini masyarakat bisa bergotong-royong tanpa harus terikat dengan komunitas atau pegiat lingkungan apapun. Cara ini lebih mudah bagi mayoritas penduduk yang hanya ingin mencoba memilih sampah rumah tangganya.
Dia menuturkan,ke depan, sampah kantong plastik hingga popok pun akan coba didaur ulang agar tidak menjadi limbah di TPSA.
“Untuk pampers ini kita pilot project di Bandung. Jadi ibu rumah tangga ini nanti bisa dapat insentif untuk olah pampersnya ke kita,” tandas Hamish. (DRY)
Walikota Bandung Menjamu Para Duta Besar Dari Negara-Negara Afrika
MATAKOTA || BANDUNG — Suasana penuh kehormatan menyelimuti Pendopo Kota Bandung saat…